TASAWUF WUJUDIYAH: Hakikat Wujud dalam Ajaran Tasawuf Datu Abulung
DOI:
https://doi.org/10.30631/tjd.v21i2.256Keywords:
Reality, Form, Sufism, Datu AbulungAbstract
Discussions about the nature of being have developed into a hot topic of debate between supporters and opponents during Datu Abulung, leading to egregious accusations leveled at those who adhere to this school of thought. They are said to equate God with nature. The explanation in the Resale Sufism book may cause people to misunderstand the nature of being. Sufism Wujuiyah, which puts forward the idea of the oneness of creatures and God, is clearly understood as a view contrary to the majority's opinion and is seen as such. As a result, the palace was very concerned when Sheikh Abdul Hamid explained this idea to the broader community. This research wants to take an in-depth look at Datu Abulung's Sufism teachings and complement the weaknesses of previous studies. This type of research uses library research. In general, in this library research, data sources are written materials consisting of primary data sources and secondary data sources, while the primary source is from the manuscript of the Resale of Sufism left by Datu Abulung and secondary sources in the form of books and several journals/magazines which contain contains the thoughts of Datu Abulung. The research results show that Datu Abulung's Sufism teachings can be accounted for, and the source is clear from the Qur'an and Hadith. The essence of being in Datu Abulung's Sufism teachings still explicitly recognizes the zahiriyah dualism between the servant and God.
Diskusi tentang hakikat wujud telah berkembang menjadi topik perdebatan hangat antara pendukung dan penentang pada masa Datu Abulung, yang mengarah ke tuduhan buruk yang ditujukan pada mereka yang menganut aliran pemikiran ini. Mereka dikatakan menyamakan Tuhan dengan alam. Kemungkinan penjelasan dalam kitab Risalah Tasawuf yang menyebabkan orang salah memahami gagasan hakikat wujud. Tasawuf wujudiyah yang mengemukakan gagasan tentang keesaan makhluk dan Tuhan, jelas dipahami sebagai pandangan yang bertentangan dengan pendapat mayoritas dan dipandang demikian. Alhasil, pihak istana sangat prihatin ketika Syekh Abdul Hamid memaparkan gagasan ini kepada masyarakat luas. Penelitian kali ini ingin melihat secara mendalam tentang ajaran tasawuf datu Abulung serta melengkapi kekuangan dari penelitian sebelumnya. Jenis penelitian ini menggunakan penelitian pustaka (library research). Secara general, dalam penelitian kepustakaan (library research) ini, sumber data yang merupakan bahan tertulis terdiri atas sumber data primer dan sumber data sekunder, adapun sumber primer dari naskah Risalah Tasawuf peningggalan Datu Abulung dan sumber sukender berupa buku dan beberapa jurnal/majalah yang didalamnya mengandung pemikiran dari Datu Abulung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ajaran tasawuf Datu Abulung bisa dipertanggungjawabkan dan sumbernya jelas dari al-Qur’an dan Hadist. Hakikat wujud dalam ajaran tasawuf Datu Abulung masih secara eksplisit mengakui dualisme zahiriyah antara hamba dan Tuhan.
References
A. Basuni. Nur Islam di Kalimantan Selatan: Sejarah Masuknya Islam di Kalimantan. Surabaya: Bina Ilmu, 1986.
Affifi, A. E. Filsafat Mistis. Cet. 2. Jakarta: Gaya Media Pratama, 1995.
Ainah, Noor. “Wacana dan Kontroversi Ajaran Tasawuf Syekh Abdul Hamid Abulung di Kota Kandangan.” Matan: Journal of Islam and Muslim Society 2, no. 2 (23 Juli 2020).
Anshori, M. Afif. Tasawuf Falsafi Syekh Hamzah Fansuri. Yogyakarta: Gelombang pasang, 2004.
Asmaran AS. Pengantar Studi Tasawuf. Jakarta: Rajawali Press, 1994.
Azra, Azyumardi. Jaringan ulama Timur Tengaah dan kepulauan nusantara abad XVII dan XVIII: melacak akar-akar pembaruan pemikiran Islam di Indonesia. Cet. 1. Bandung: Mizan, 1994.
Humaidy. “Tragedi Datu Abulung: Manipulasi Kuasa atas Agama.” Jurnal Kandil 2, no. 1 (September 2003).
Khairuddin, Akhmad. Perkembangan pemikiran tasawuf di Kalimantan Selatan. Cetakan I. Minomartani, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2015.
Kholis, Nur. Ajaran Tauhid Wujudiyah di Kalimantan Selatan: Kajian Filologi Manuskrip Ambulung. Ponorogo: Nata Karya, 2019.
Kolis, Nur. “Konstruksi Pemikiran Tasawuf Wujudiyah Dalam Naskah Ambulung Di Kalimantan Selatan.” Al-A’raf: Jurnal Pemikiran Islam Dan Filsafat 17, no. 1 (1 Juli 2020).
———. “Nur Muhammad Dalam Pemikiran Sufistik Datu Abulung Di Kalimantan Selatan.” Al-Banjari: Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Keislaman 11, no. 2 (14 Agustus 2012).
Mannan, Audah. “Esensi Tasawuf Akhlaki Di Era Modernisasi.” Aqidah-ta: Jurnal Ilmu Aqidah 4, no. 1 (30 Juni 2018).
Mardliyah, Dewi Ainul. “Studi Komparatif Ajaran Tasawuf Syekh Siti Jenar Dan Datu Abulung.” Masters, Pascasarjana, 2020.
M.Ud, Dr Eep Sofwana Nurdin. Pengantar Ilmu Tasawuf. Aslan Grafika Solution, 2020.
Mumtaz, Nadhif Muhammad. “Moderasi Islam Berbasis Tasawuf.” Al Aqidah (Jurnal Studi Islam) 2, no. 2 (28 November 2020).
Rif’i, A. Bachrun, dan A. Hasan Mud’is. Filsafat tasawuf. Bandung: Pustaka Setia, 2010.
Sahriansyah. Pemikiran ilmu sabuku Syekh Abdul Hamid Ambulung. IAIN Antasari Press, 2012.
Siregar, A. Rivay. Tasawuf: dari Sufisme klasik ke neo-Sufisme. Jakarta: Rajagrafindo Persada, 1999.
Syafruddin, dan Sahriansyah. Ajaran Tasawuf Syekh Hamid Abulung. Banjarmasin: Sumbangsih Press, 2007.
Syukur, Asywadie. Ilmu Tasawuf II. Surabaya: Bina Ilmu, 1981.
Yulianto, Agus. “Unsur Keramat Dalam Legenda Datu-Datu Di Kalimantan Selatan.” LOA: Jurnal Ketatabahasaan Dan Kesusastraan 9, no. 2 (16 Januari 2020).
Yunus, Abd. Rahim. Posisi Tasawuf dalam Sistem Kekuasaan di Kesultanan Buton Pada Abad ke-19. Jakarta: INIS, 1995.