AUTHENTICITY OF SANAD HADITH ABOUT TAKBIR 'ĪDAIN IN MUHAMMADIYAH PERSPECTIVE
DOI:
https://doi.org/10.30631/tjd.v21i2.273Keywords:
validity, hadith, sanad, takbir, MuhammadiyahAbstract
Hadith is a reference that Muslims use as an explanation and reinforcement of the Qur'an. Judging from the quality and quantity of transmission, hadith must come from the Prophet. The scholars discussed the authenticity and validity of traditions not sourced from the Prophet SAW, such as the hadith about the Takbir of Eid al-Fitr and Eid al-Adha prayers. This paper aimed to explain the quality status and reasons for accepting hadith, according to Muhammadiyah. This study used a library research method with a descriptive-analytical approach. The research results are as follows; First, the hadiths about the Eid prayer Takbir and Eid al-Adha by Amr supported by Ansari, al-Muzanni, isyah, Abu Hurairah, and Amar are included in the hasan lighairihi hadith because many narrators have narrated the hadith. Second, Muhammadiyah believes that the hasan lighairihi hadith can be accepted and used as a reference in the implementation of Eid al-Fitr and Eid al-Adha takbir as long as the narrators mutually strengthen. This is based on the standardization of the validity of the hadith that meets the criteria of As-Sunnah al-Maqbullah.
Hadis merupakan sumber rujukan bagi umat Islam dari masa lalu sampai masa kini. Hadis diposisikan sebagai sumber kedua setelah Alquran yang menjadi penjelas dan menjadi penguat. Sumber hadis harus benar-benar bersumber dari Nabi dilihat dari aspek kualitas dan kuantitas periwayatan hadis. Namun tidak semua hadis benar bersumber Nabi SAW karena diperbincangkan oleh para ulama dari orisinilitas dan kesahihahannya, seperti hadis tentang takbir salat idul fitri dan idul adha. Tulisan ini bertujuan untuk menjelaskan tentang status kualitas hadis dan alasannya dalam penerimaan menurut Muhammadiyah. Penelitian ini menggunakan satu metode kepustakaan atau library research dengan menggunakan pendekatan deskriptif-analisis. Hasil temuan dari penelitian ini adalah; Pertama, hadis-hadis tentang takbir dalam salat idul fitri dan idul adha disampaikan Amr bin Āṣ yang didukung oleh sahabat yang lain sebagai syāhid atau pendukung yakni Anṣāri, al-Muzanni, Āisyah, Abu Hurairah dan Amār sehingga termasuk kategori hadis ḥasan lighairihi karena banyak perawi yang meriwayatkan hadis. Kedua, menurut Muhammadiyah bahwa hadis ḥasan lighirihi dapat diterima dan dijadikan hujjah dalam pelaksanaan takbir idul fitri dan idul adha selama banyak jalurnya satu dengan lainnya saling menguatkan. Hal ini didasarkan kepada standarisasi kesahihan hadis yang memenuhi kriteria As-Sunnah al-Maqbūllah.
References
‘Itr, Nuruddin. Manhaj Al-Naqd Fi Ulum Al-Ḥadis. Damaskus: Dar al-Fikr, 1979.
Abdurrahman, Asjmuni. Manhaj Tarjih Muhammadiyah: Metodologi Dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2007.
Abu al-Ḥajjaj Yusuf al-Mizzi, Jamaluddin. Tahzib Al-Kamal Fi Asma’ Al-Rijal. Vol. 26. Beirut: Dar al-Fikr, 1994.
Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy’as al-Sijistani. Sunan Abi Dawud. Vol. 2. Riyaḍ: Bait al-Afkar al-Dawliyyah, n.d.
Al-Asqalani, Ibnu Hajar. Nazhah An-Naẓr Fi Tauḍih Nukhbatul Fikr Fi Musṭalah Ahli Al-Asar. Riyaḍ: Safir, 1422.
Al-Asqalani, Ibnu Ḥajar. Tahzib Al-Tahzib. Beirut: Al-Muassasah al-Risalah, n.d.
———. Taqrib Al-Tahzib. Beirut: Dar al-Qalam, 1991.
Al-Baihaqi, Ahmad bin al-Ḥusain bin Ali. Sunan Al-Kubra Lil Al-Baihaqi. Hindia: Dairat al-Ma’arif al-‘Arabiyah, 1352.
Al-Bukhari, Muhammad bin Isma’il bin Ibrahim bin al-Mughirah al-Ju’fi. Ṣahih Al-Bukhari. Vol. 8. Beirut: Dar al-Ṭuq al-Najah, 1422.
Al-Busti, Muhammad bin Ḥibban bin Ahmad. Al-Ṡiqat. Beirut: Dar al-Fikr, 1975.
Al-Ijli, Abdullah bin Ṣalih. Ma’rifat Al-Ṡiqat. Vol. 2. Madinah al-Munawwarah: Maktabah al-Dar, 1985.
Al-Qazwini, Abu Abdillah Muhammad bin Yazid. Sunan Ibnu Majah. Vol. 3. Beirut: Dar al-Ihya’ al-Kutub al-Arabi, n.d.
Al-Ṣan’ani, Muhammad bin Isma’il al-Amiri al-al-Yamini. Subulus Al-Salam Syarh Bulugh Al-Maram Min Jam’i Righteouslat Al-Ahkam. Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah, 2004.
Al-Zahabi, Ahmad bin Usman. Mizan Al-I’tidal Fi Naqd Al-Rijal. Beirut: Dar al-Ma’rifah, n.d.
Al-Zahabi, Syamsuddin Muhammad bin Ahmad bin Usman. Siyar A’lam Al-Nubala. Edited by Vol. 3. Beirut: Dar al-Falah, 1982.
As-Shalih, Subhi. Membahas Ilmu-Ilmu Hadis. Jakarta: Pustaka Firdaus, 2013.
Gani, Burhanuddin A. “Pemahaman Hadis Seputar Shalat Tarawih Di Kalangan Muhammadiyah Dan Nahdhatul Ulama.” Al-Mu’ashirah 13, no. 2 (2016): 157–81.
Ḥanbal, Ahmad bin. Musnad Al-Imam Ahmad Bin Ḥanbal. Vol. 5. Beirut: Al-Muassasah Ar-Risalah, 2001.
Imron, Ali. “Pemaknaan Hadis-Hadis Hisab-Rukyat Muhammadiyah Dan Kontroversi Yang Melingkupinya.” Jurnal Studi Ilmu-Ilmu Al-Quran Dan Hadis 15, no. 1 (2014).
Kaelan. Metode Penelitian Agama Kualitatif Interdisipliner. Yogyakarta: Paradigma, 2010.
Kasman. Hadis Dalam Perspektif Muhammadiyah. Yogyakarta: Mitra Pustaka, 2012.
Meleong, Lexy J. Metodologi Penelitan Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya, 2017.
Muhammadiyah, Pimpinan Pusat. Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2018.
Muhammadiyah, Tim Majelis Tarjih dan Tajdid Pimpinan Pusat. Fatwa-Fatwa Tarjih: Tanya Jawab Agama 1. Yogyakarta: Suara Muhammadiyah, 2003.
Rahmanto, Mukhlis. “Posisi Hadis Dalam Ijtihad Muhammadiyah.” Afkaruna 10, no. 1 (2014).
Rohmansyah, Rohmansyah. “Hadis-Hadis Dalam Fatwa-Fatwa Tarjih: Tanya Jawab Agama Muhammadiyah Bab Aqidah.” UIN Sunan Kaliijaga Yogyakarta, 2014.
Rohmansyah, Rohmansyah, Muh Zuhri, and Agung Danarto. “The Contextualization of Philanthropic Hadiths at PKU Muhammadiyah Hospital, Yogyakarta.” Religia 22, no. 2 (2019): 136–59. https://doi.org/10.28918/religia.v23i2.1887.
Sadjidurrahman. Nasy’ah ‘Ulum Al-Ḥadis Wa Tawaturuha. Kairo: Maktabah al-Adab, 2004.
Saurah, Muhammad bin Isa bin. Sunan At-Tirmizi. Vol. 3. Riyaḍ: Maktabah al-Ma’rifah, 1968.
Ṭahhan, Mahmud. Taisir Musṭalah Al-Ḥadis. Beirut: Dar al-Fikr, n.d.
Yazid, Syamsurizal. “Analisis Otentisitas Hadis Dalam Himpunan Putusan Tarjih (HPT) Muhammadiyah Ke XXI Di Klaten Jawa Tengah.” Humanity 9, no. 1 (2013): 209–17.